Puisi “Sangkaan” Parmadi- Jambi

Puisi Parmadi
SANGKAAN

dari semula sudah ada awalnya
ketika rintik hujan melingkupi angkasa raya, bukankah tadi awan menggumul melukis mengubah warna?
itulah pertanda tentang cerita alam

daun beterbangan dan berakhir terkulai
di basahnya jalan,
di genangan tanah galian,
di bibir sungai dan halaman rumah
itu pertanda sebagai takdirnya.

kadang gemericik air
menciprat di rerumputan,
seekor semut bertahan di sela sela helai daun yang menghalangi tetes hujan menerpa tubuh mungilnya,
ia bahagia karena dirinya dapat sejenak melepas penat
dan menatap tetes air yang membiaskan wajahnya tentang sebuah cerita kehidupan

aku mendengar nyanyian hujan yang mengatur ritme di atap hunian
membelah kesunyian, saat raga raga
mensyukuri nikmat akan hujan
yang menghapus panasnya sebuah sangkaan.

Kotabaru Jambi, 29 Maret 2019

Tinggalkan komentar