PERJALANAN KE MIHRAB 45
Karya Heri Mulyadi
Dan terbentanglah mihrab 45
berkumpul segala lorong, segala jalan, segala laut, segala gunung, segala sungai, segala danau, segala ngarai, segala hidup dan segala mati.
Lalu, terbitlah cinta dalam asamu, melesap jauh tuturkan rindu pada ada segala ada–meski diri tiada jua.
Di mihrab 45, kujumpa anggur merah saat langit mulai disepuh tembaga, di paruh musim pengusir jelaga. Kadang berdebu, tapi rinai kasihmu kilaukan lagi bukit-bukit cahaya.
Adakah cinta terhidang di meja makan. Ini bukan saatnya, tuturmu. Simpan saja, bagi bekal kefanaan ke jalan keabadian.
Aku di sini
Usah gundah!
Tak ada perayaan untukmu
karena jalan masihlah panjang
terus dan teruslah
beribu mihrab menunggu di ujung sajadah.
Thressure, 10 Oktober 2018