Puisi “Rinduku” Hari Windu Asrini-PBSI-FKIP-UMM-Malang

RINDUKU

Hari Windu Asrini,PBSI, FKIP, UMM, Malang.

Alun di sepanjang pantai adalah Rinduku pada Ayah Bundaku
Rindu akan alir air yang basahi setiap butir pasir penuh cinta begitu setia
Rindu pada siur angin yang kadang iringkan riak ombak dan pasang gelombang
dalam ritme riuh tenangnya lantaran tangan-tangan cintanya
yang kadang tak kasat mata dan kami
kerap terlambat menyadarinya segera… saat Beliau masih ada

Rinduku pada Ayah-Bunda adalah rindu akan bias mentari surya
dalam bentang binar pendar sinar tulusnya nan halus membungkus merengkuh tubuh
hantarkan nikmat hangat jiwa dan sukma kami semua… selusin anaknya
Kami rindu usap halus tulus makfum maafnya saat kami bengal torehkan sebal
dan ulah kerap nakal.. namun balas senyumnya
mengulum maklum senantiasa…tak kenal kala kekal tanpa jeda

Rinduku pada Ayah-Bunda
adalah rindu pada berjuta puspa
yang mengebak semerbak sebarkan harum aromanya
dalam sepanjang lorong hingga rongganya
Kami rindu rangkul peluknya dalam detak jejak saat kami hirup wangi baunya
Kami rindu akan damai tenang suka bahagia yang tak lagi kami rasa
bagai kemarau larikan segar
tangkai batang daun dan bunganya
saat kami sadar telah sampai pada makna ketidaklagiadakeberadaannya

Pendar rembulan adalah Rinduku pada Ayah Bundaku
Yang meski tampak redup namun selalu hidup
tak kentara menyala namun selalu sarat cahaya
Kurindu biasnya sebagai suluh peneguh
Dulu kerap kami abai lalai dan acuh bagai tak butuh
Kini kami sadari arah langkah tak lagi terasa utuh
Saat tangan telah menjauh dan tak lagi bahu terengkuh

Ayah Bunda ……
Kerlip bintang adalah berjuta jasa yang telah kaugurat pada kami anak-anakmu
lewat kedip indah nan menguncup mengembang petang hingga malam
semaikan semua tunas tumbuhkan segala asa dan harapan
dalam lahan kehidupan yang selalu kami coba menangkan …
Kueja arti dan maknanya kuhitung satu… dua lima…..dua ratus tiga
empat juta …dan tak terhingga…tak sanggup kami menghitungnya
lantaran tak berbatas.. dan semua membekas dengan teramat jelas
Dan tak pernah berharap balas..

Ing Desember ‘18

Tinggalkan komentar