Masih Tanpa Jingga
Yufita Penyair Kalbar
Masih tanpa jingga.
Senja luruh dalam balutan nyeri.
Kekasih, sungguh kau tak tahu betapa pedihmu juga menusukku. Meski pertemuan yang kita tunggu bertahun-tahun dalam gigil harap
dan cemas tak pernah sekalipun nyata. Tak pernah nyata!
Namun, percayalah bahwa tusukan
dan tikaman yang bersarang di dadamu adalah juga milikku seutuhnya.
Jarak pemisah di antara kita
kini tak lagi semata tentang waktu
dan langkah, tapi lebih hebat dari itu.
Jauh lebih dahsyat!
Kegilaan hampir saja merangkulku dalam peluk dan kecupan mesra. Ragaku nyata ada di sini, tapi jiwaku melayang-layang entah ke mana. Bagai enggang terseret putaran puting beliung. Tersesat aku
di belantara tak bernama
dan terhempas kemudian
di padang tak bertanda.
Oh, betapa rindunya jemari ini
menyentuh-sentuh tulang pipi, Sayang.
Menghapus titik peluh yang luruh
dan derai pilu dari kuyu matamu.
Oh, betapa hasratku bergejolak lantaran dahaga endusi keringatmu, duhai cintaku.
Betapa sungguh kelam yang jatuh kali ini adalah lukisan jiwaku
yang muram tanpamu dan setangkup rindu yang menggebu-gebu terus saja mengejar dan merapal nestapa
yang kau panggul kian ke mari seorang diri.
Duh, nyeri…
Mengapa engkau bersemayam terlalu dalam?
Mengapa masih asik bermain sembunyi di relung hati?
Masih tanpa jingga, Kekasihku
Masih tanpa jingga senja ini.
Kubu Raya, 8 Oktober 2018