Puisi ” Senja di Benteng Rotterdam” Ari Setia. Blitar

Suatu Senja Di Benteng Rotterdam

Karya Ari Setia

Tentu saja kau tidak ingat lagi. Duapuluh tahun sudah berlalu. Dan rambutmu yang dulu sehitam jelaga sebagian mulai berubah warna setelah butiran waktu mulai melukis salju dihelaian rambutmu.Senja ini tentu saja masih seperti senja duapuluhtahun yang lalu ketika tiba-tiba kau datang, tersenyum, dengan mata indahmu dan sepasang alismu yang nyaris menyatu.

“Ndhuk, ayo naik” tanganmu terulur, memberikan helm hitam butut berbau apeknya tanah kuburan. Dahiku mengernyit, mulutku merapat, sambil menatapmu dingin. Tadi malam kau pasti termenung lagi dikuburan seperti malam-malam yang lain ketika kau tiba-tiba datang dengan senyum anehmu sambil menenteng sebungkus tanah kotor dari pemakaman. Tanah lembab dan berbau aneh yang seringkali kau sebarkan dihalaman rumahku dan membuatku ketakutan setengah hidup. Aku lebih senang ketika tidur lelapku tak terganngu kedatanganmu yang menakutkan itu. Aku juga lebih lega ketika bangun pagi hanya menemukanmu tidur melingkar disudut kamarku.

“Kemana?” tanyaku, dengan ekspresi yang paling kau sukai, sedih dan terluka.

Tinggalkan komentar